BUNILANGPOST-memasuki masa high season di kawasan wisata di lombok utara pembuat dinas lingkungan hidup mulai meningkatkan volume kerja dimana beberapa minggu terakhir jumlah sampah yang berasal dari 3 gili sudah mulai meningkat lebih dari 30 persen hal ini tentu akan membuat tumpukan sampah semakin bertambah.
untuk mengatasi itu dinas lingkungan hidup melakukan kerja extra time untuk memaksimalkan pengangkutan sampah baik dari 3 gili ke pinggir maupun dari pinggir ke tempat pembuangan akhir sampah atau TPA .
Jumlah sampah harian di kawasan wisata Gili Trawangan bisa tembus 18 ton pada saat musim ramai (high session), sedangkan musim sepi bisa tembus 7 ton (low session). Oleh karena itu, perlu mengajak masyarakat dan kelompok masyarakat menjadi bagian bisa mengurangi jumlah sampah itu dari sumbernya. Dari jumlah sampah tersebut, pihaknya baru bisa mengolah 20-30 persen, tentu masih sedikit dibandingkan jumlah sampahnya.
untuk itu beberapa waktu lalu Peringatan Hari Sampah Nasional (HPSN) 2024, Pemkab Lombok Utara bersama seluruh stakeholder TNI/Polri, komunitas/relawan sampah, dan masyarakat berserta wisatawan mancanegara melaksanakan kegiatan clean up day (bersih-bersih) kawasan wisata Gili Trawangan.
Seluruh peserta clean up day begitu antusias dan bersemangat dengan membawa peralatan kebersihan yang menyusuri gang-gang yang berada di kawasan wisata strategis nasional tersebut.
Kegiatan clean up day tentu dalam rangka peringatan peduli sampah nasional, sehingga momentum meningkatkan kegiatan gotong royong, dan menjadi trigger (pemicu) bagi seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di kawasan wisata. Saat ini, katanya, berada di gunungan sampah yang sudah berpuluh-puluh tahun.
“Sekarang kita gotong royong kemudian kita hitung sampah yang dihasilkan, kedepan mudah-mudahan sampah di kawasan wisata Gili Trawangan dapat ditangani secara maksimal,” harapnya.
Sampah harian yang berjalan di kawasan wisata Gili Trawangan, pemerintah meminta kepada para pengusaha dan masyarakat untuk melakukan pemilihan sampah dari sumbernya, mana sampah organik dan non organik dalam memilih sampah plastik dan non plastik, sehingga sampah yang bisa dikelola dan dimanfaatkan sehingga bisa menjadi nilai ekonomis. Setelah dipilah, maka sampah yang dibawa keluar dari kawasan wisata ini sudah dalam bentuk residu saja. Penanganan gunungan sampah ini masih kita pikirkan, sudah tahap demi tahap dibawa keluar.
“Kita ingin sampah ini bisa dipilah, sehingga yang dibawa keluar itu dalam bentuk residu,” tegasnya.
Terkait lokasi pemilahan sampah sudah ada bangunan gedung besar, hanya saja belum dimaksimalkan kebermanfaatannya. Ia sendiri berharap kebersihan di kawasan wisata tiga gili menjadi percontohan meski berada di pulau kecil, tidak hanya fokus pada pengejaran mendatangkan tamu, namun sebagai kawasan wisata stragis nasional juga memikirkan persoalan sampah ini. Dibutuhkan konsep penanganan sampah yang terukur sehingga ia berharap pemerintah provinsi juga memberikan perhatian khusus dalam penanganan sampah.
“Dan pemerintah kabupaten beserta seluruh stakeholder harus bersama-sama menyelesaikan permasalahan sampah ini,” imbuhnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Lombok Utara, Rusdianto menyampaikan, clean up day di kawasan wisata Gili Trawangan harus dimulai dari kawasan wisata sebab selama ini kerap menjadi permasalahan. Sehingga melalui clean up day beberapa waktu lalu dengan mengajak seluruh stakeholder hal itu menunjukan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah semata, namun perlu kolaborasi seluruh stakeholder dalam penangan sampah tersebut. “Clean Up Day ini menjadi trigger,” katanya.
“Kita sudah sampaikan ke kelompok masyarakat sebagai pihak ketiga penangan sampah di gili bisa meningkatkan pemilihan sampah dari sumbernya. Bila nanti kelompok masyarakat yang selama ini kita tunjuk tidak mampu, tentu bisa menambah kelompok baru,” terangnya.
sealin itu Kepala Dinas Pariwisata Lombok Utara, Dende Dewi menyampaikan, permasalahan sampah yang ada di Gili Trawangan memang menjadi atensi khususnya mengingat Gili adalah destinasi andalan, apalagi dengan adanya kebakanaran di TPST yang pengaruhnya juga dirasakan wisatawan tentu berpengaruh kepada kenyamanan tamu. Dinas Pariwisata selaku perpanjangan pemda yang lansung berintegrasi dengan stakehdoler di sektor pariwisata sangat berharap masalah ini segera tuntas walaupun membutuhkn proses jangka panjang tapi paling tidak bisa mengurai dulu persoalan jangka pendeknya.
“Intinya adalah kita ingin destinasi kita bersih aman dan nyaman wisatawan dalam menikmati indahnya Gili,” ujarnya
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!